Responsive image

CMD #15 Penciptaan Lapangan Kerja di Era Kabinet Kerja

Yusuf Rendy | CORE Media Discussion | Thursday, 05 March 2015

CORE Media Discussion kembali diadakan pada hari selasa, 3 Maret 2015 dengan tema “ Tantangan Penciptaan Lapangan Kerja di Era Kabinet Kerja” dengan pengisi materi oleh Akhmad Akbar Susamto Ph.D (Ekonom CORE Indonesia) dan Dr. Arif Satria (Dekan Fakultas Ekologi Manusia, IPB). Pada kesempatan pertama ekonom CORE Indonesia memaparkan masalah pengangguran di Indonesia. Selama 10 tahun kebelakang  Tingkat pengangguran terbuka trennya terus menurun, setelah sempat mencapai tingkat pengangguran sebesar 11,24% pada tahun 2005 tingkat pengangguran telah turun sampai 5,94 persen pada agustus 2014. Berdasarkan tingkat pendidikan lulusan SLTA umum  dan SLTP mendominasi jumlah pengangguran dengan kisaran 3 sampai 4 juta jiwa orang menganggur. Pada kesempatan yang sama CORE Indonesia juga memaparkan tentang definisi pengangguran terbuka yang digunakan BPS. Menurut BPS definis pengangguran terbuka  adalah seseorang yang tidak bekerja atau bekerja kurang dari satu jam. Padahal jumlah pekerja yang bekerja paruh waktu, pekerja yang tidak dibayar dan pekerja tidak tetap  mencapai  hingga 43 juta jiwa (35% dari total angkatan kerja Indonesia) jumlah ini tidak dimasukkan  penghitungan BPS diatas. Selain itu fakta lain yang disampaikan ialah peningkatan total investasi di Indonesia berbanding lurus dengan pengurangan tingkat pengangguran terbuka.

CORE Indonesia juga berpandangan pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan konsumsi belum banyak berdampak pada penciptaan lapangan kerja. Perlu mendorong  pertumbuhan ekonomi dari investasi apalagi pemerintah berniat menggenjot investasi hingga mencapai Rp 3.519 triliun lebih di 5 tahun mendatang. Idealnya kebijakan ini dapat mendorong terciptanya lapangan kerja dan pengurangan tingkat pengangguran dengan cara mendorong investasi pada sektor-sektor yang membutuhkan tenaga kerja dengan jumlah besar seperti sektor pertanian dan perikanan, seperti yang kita tahu sektor pertanian salah satu sektor yang menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia tercatat 34% penyerapan tenaga kerja berasal dari sektor ini.

Sayangnya sektor pertanian dan perikanan Indonesia menghadapi masalah usia tenaga kerja yang semakin menua, hal ini diperburuk banyak angkatan muda yang tidak lagi tertarik pada profesi pada sektor pertanian dan perikanan. Padahal jika dikelolah dengan baik, insentif yang diberikan oleh kedua sektor ini tidak kalah dibandingkan dengan sektor lain, seperti yang disampaikan Dr. Arif Satria narasumber kedua dalam CMD kali ini.  Di sektor perikanan pemerintah perlu memberikan insentif mulai dari masyarakat nelayan sampai dengan perusahaan, insentif yang diberikan dari berbagai instrumen dari kebijakan fiskal hingga moneter. Dukungan ini untuk mengakomodir potensi hasil budi daya laut yang mencapai nilai ekonomi hingga Rp 166 triliun. Untuk mendorong sektor pertanian dan perikanan menarik untuk para pencari kerja usia muda menurut pak arif harus dimulai dengan memodifikasi kurikulum pendidikan agar generasi muda mau melirik sektor pertanian maupun perikananan.

Sebagai kesimpulan CMD ke 15  CORE Indonesia menilai pemerintah dapat menggunakan instrumen investasi sebagai cara untuk mengurangi pengangguran di Indonesia dengan mendorong investasi ke sektor yang menyerap banyak tenaga seperti sektor pertanian dan atau perikanan. Tidak sampai disitu pemerintah juga perlu memperhatikan industri padat karya. Meningkatnya tarif listrik dan juga fluktuasi dari harga BBM membuat industri ini harus berurusan dengan lonjakan biaya produksi yang pada akhirnya bermuara pada efisiensi perusahaan dengan mengurangi jumlah tenaga kerja. Pemerintah perlu melakukan intervensi kepada industri padat karya agar masalah seperti ini tidak terjadi.