Responsive image

Rigiditas dan Transparansi Suku Bunga Kredit

Piter Abdullah Redjalam | Article | Tuesday, 09 February 2021

Bank Indonesia disebut akan turun gunung untuk mendorong penurunan suku bunga kredit. Bank-bank yang selama ini seperti enggan menurunkan suku bunga kreditnya akan dipaksa untuk buka-bukaan tentang pembentukan suku bunga mereka.

Dengan transparansi yang dipaksakan ini harapannya suku bunga kredit perbankan akan turun mengikuti turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia. Sehingga selanjutnya bisa memacu pertumbuhan kredit dan membantu bangkitnya perekonomian.

Sepertinya, memang itulah yang harus dilakukan. Bank Indonesia tidak bisa diam saja membiarkan transmisi kebijakan moneter, khususnya jalur suku bunga, tidak berjalan.

Bank Indonesia sepanjang tahun 2020 sudah menurunkan suku bunga acuan hingga 125 bps. Suku bunga acuan Bank Indonesia saat ini sebesar 3,75%. Terendah sepanjang sejarah. Tapi sayangnya suku bunga kredit tetap bergeming. Penurunan suku bunga kredit perbankan masih sangat minimal dan lambat

Meskipun Bank Indonesia sudah seharusnya melakukan sesuatu untuk mendorong berjalannya transmisi kebijakan moneter, tapi ada beberapa catatan yang perlu dicermati.

Domain Bank Indonesia Pertama, kenapa disebut Bank Indonesia turun gunung? Kiasan ini menyiratkan bahwa selama ini tidak ada yang bekerja sehingga Bank Indonesia harus turun dari singgasananya menyelesaikan pekerjaan yang tidak mampu diselesaikan oleh pihak lain.

Kiasan ini juga mengesankan bahwa menurunkan suku bunga kredit itu bukan tugas Bank Indonesia. Menurunkan suku bunga kredit adalah tugas pihak lain, tetapi karena tidak mampu diselesaikan maka Bank Indonesia yang harus turun tangan. Ketika Bank Indonesia sudah turun tangan, pekerjaan pihak lain itu bisa diselesaikan.

Yang tersirat di atas tidak sepenuhnya benar dan perlu diluruskan. Harus dipahami bahwa suku bunga bank itu sesungguhnya adalah domain atau tugasnya Bank Indonesia. Yang punya instrumen untuk menurunkan suku bunga kredit adalah Bank Indonesia. Ketika Bank Indonesia sudah menggunakan instrumennya tetapi bank-bank belum juga menurunkan suku bunga kredit, jangan menyalahkan orang lain tidak bekerja.

Perbankan memang di bawah pengaturan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Adalah tugas OJK untuk memastikan bahwa bank-bank beroperasi secara hati-hati karena mengemban amanah dana masyarakat yang begitu besar. OJK sudah menjalankan tugasnya dengan cukup baik, sebagaimana tercermin pada indikator bank-bank yang secara umum masih sehat dan stabil meskipun dalam tekanan pandemi. Masih belum turunnya suku bunga kredit tidak bisa dijadikan alasan bahwa bank-bank tidak beroperasi secara optimal dan OJK tidak menjalankan tugasnya.

Efektivitas Operasi Moneter

Kedua, terkesan ada jaminan bahwa ketika Bank Indonesia sudah turun tangan maka semua persoalan akan beres. Upaya paksa Bank Indonesia agar bank-bank lebih transparan dalam pembentukan suku bunganya akan serta merta mendorong turunnya suku bunga kredit.

Ini juga perlu diluruskan. Rigiditas atau kekakuan suku bunga kredit bukan disebabkan oleh tidak transparannya bank-bank. Tidak mau turunnya suku bunga bank bukan semata dikarenakan bank-bank tidak beroperasi secara efisien. OJK sudah mengeluarkan kebijakan mewajibkan bank-bank untuk menyampaikan secara transparan proses pembentukan suku bunga kredit sejak tahun 2016. Nyatanya kekakuan suku bunga kredit masih tetap terjadi.

Kita jangan lupa bahwa fenomena rigiditas suku bunga kredit tidak hanya terjadi saat ini. Fenomena ini terus berulang setiap Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan. Tahun 2016, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan secara agresif. Suku bunga acuan pada akhir tahun 2015 (saat itu masih BI Rate) adalah sebesar 7,5%. Pada akhir tahun 2016, suku bunga acuan (sejak Agustus 2016 berubah menjadi BI 7-day Reverse Repo Rate/BI7DRR) sudah turun menjadi 4,75%. Dengan demikian terjadi penurunan suku bunga acuan yang cukup drastis sepanjang tahun 2016. Tetapi suku bunga kredit tidak turun secara signifikan. Target pemerintah agar suku bunga kredit turun menjadi single digit pada awal tahun 2017 tidak tercapai.

Tidak turunnya suku bunga kredit bank ketika BI sudah menurunkan habis-habisan suku bunga acuan menunjukkan ada yang salah di operasi moneter Bank Indonesia. Memaksa bank-bank untuk lebih transparan dalam proses pembentukan suku bunga kredit tidak akan efektif menurunkan suku bunga kredit. Penelitian yang saya lakukan pada tahun 2015 tentang perilaku pembentukan suku bunga bank umum menggunakan pendekatan game theory menunjukkan hasil yang sangat menarik. Ketika Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan, respons terbaik (nash equilibrium) dari bank-bank adalah menurunkan suku bunga deposito dan di sisi lain menahan suku bunga kredit. Artinya, fenomena rigiditas suku bunga kredit sudah bisa diprediksi sejak awal. Bank-bank akan cenderung memanfaatkan turunnya suku bunga acuan untuk melebarkan net interest margin (NIM) guna mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Peluang bank mendapatkan keuntungan dengan memperlebar NIM tercipta dari operasi moneter Bank Indonesia. Kebijakan moneter yang cenderung kontraktif menawarkan insentif bagi bank sehingga bank-bank yang memiliki cost of fund yang cukup rendah bisa memilih menempatkan dananya di instrumen moneter atau menyalurkannya dalam bentuk kredit. Bank memiliki bargaining position yang cukup tinggi terhadap nasabah kredit, termasuk dalam hal menetapkan suku bunga.

Penutup

Rigiditas atau kekakuan suku bunga kredit adalah fenomena moneter. Tidak turunnya suku bunga kredit ketika suku bunga acuan sudah turun bukan disebabkan oleh kurang transparannya bank dalam proses penetapan suku bunga kredit. Bukan juga disebabkan oleh kurang efisiennya pengelolaan bank.

Bank Indonesia seharusnya sudah sejak dulu menganalisis penyebab tidak berjalannya transmisi moneter jalur suku bunga. Ketimbang sibuk mengurusi kebijakan lembaga lain, Bank Indonesia sebaiknya fokus mencari apa yang salah pada operasi moneter. Segera rapihkan pekarangan sendiri, jangan justru sibuk mengurusi halaman orang lain. Jangan sampai gajah di seberang lautan tampak, semut kecil di depan mata tak tampak.